LEGENDA PUTRI JUNJUNG BUIH
legenda putri junjung buih. Sebuah tradisi lisan yang
menceritakan kehidupan leluhur
kini masih dapat dijumpai
ditengah-tengah masyarakat pendukungnya,
tradisi berupa legenda rakyat daerah
Kalimantan Barat
salah satunya di Kabupaten
Ketapang
yang mempunyai luas wilayah
35.809 Km2
dan berpenduduk 452.554 orang masih
banyak terdapat
cerita rakyat seperti kerajaan
Tanjungpura yang terkenal
sejak dahulu kala sampai pada saat ini.
Sebagaimana telah
dikemukakan oleh Veeger dalam
Teori Interaksionisme masyarakat
bukanlah memakai konsep-konsep akan tetapi
memakai
dengan istilah “aksi” seperti
kebutuhan-kebutuhan social
seseorang perlu diteguhkan oleh proses
interaksi, supaya bertahan.
Orang bergantung satu sama lain.Hal ini
menjadi sebuah proses
interaksi saling membutuhkan
merupakan perekat masyarakat.
Kebutuhan akan sebuah sejarah,
tentunya perlu diangkat
kembali dalam sebuah history
sehingga dari cerita tersebut
akan mengandung makna dan symbol
pada masyarakat pendukungnya.
Seperti yang akan kita angkat
dalam cerita tradisi lisan yang berupa legenda rakyat.
Awal kisah menceritakan dua orang bersaudara
yang bernama Bujang Bengkung dan
Dara Dondang.
Kedua kaka beradik tersebut
saling memberikan perhatian
dan pada akhirnya melakukan hubungan layaknya
seperti sepasang suami isteri.
Hasil dari hubungan tersebut
melahirkan keturunan dan mempunyai anak
berjumlah tujuh orang,
diantara anak salah satu anak mereka yang
paling menonjol sifat
dan kepribadian dengan wajah yang
cantik ialah yang
bernama Dayang Putung alias
Junjung Buih
Beberapa versi tentang cerita
putri Junjung Buih,
seperti Putung Kempat di daerah Sepauk yang
dihayutkan ke dalam piring besar.
Dayang Putung putri Junjung Buih
yang dihayutkan dengan rakit pisang di daerah
gunung Kujau.
Putri Junjung Buih Ketapang dari hulu sungai
Keriau terdampar
disungai yang banyak tumbuh daun kumpai di
sungai Pawan
dan Junjung Buih Sepauk terdampar
di Aji Melayu.
Kisah yang menarik ketika
kedatangan rombongan Prabu Jaya
dari kerajaan Majapahit. Prabu
Jaya mempunyai tujuh bersaudara,
enam saudaranya berniat jahat dengan Prabu
jaya
memberikan racun ke dalam makanan, akibat dari
racun
tersebut Prabu jaya menderita
penyakit kulit gatal-gatal.
Atas laporan saudara-saudaranya
maka Prabu Jaya
diasingkan keluar dari kerajaan
berlayar mencari tempat
yang baik bagi kehidupannya,
sampailah ia pada suatu
tempat yang kini bernama kuala
Kandang Kerbau,
disungai inilah kapal berlabuh.
Kegemaran prabu Jaya salah
satunya suka menjala, pada saat
menjala, jalanya tersangkut,
Prabu Jaya turun ke dalam sungai, seketika itu
kulitnya dijilat oleh ikan paten,
belang ulim. Sampai di atas darat ia menemukan
sebuah
gondam yang berisikan rambut panjang
tersangkut di dalam jalanya
Dengan niat yang baik Prabu jaya
mencari pemilik
rambut panjang tersebut, dengan
menyelusuri sungai
yang bayak tumbuh daun kumpai.
Sampailah ia pada suatu tempat
kediaman Ranga Sentap,
seketika itu ia melihat seorang wanita yang
berada
di dalam buih yang banyak,
seorang wanita bisa
berada di dalam gumpalan buih. Prabu Jaya
melihat
bahwa wanita itu juga mempunyai penyakit yang
sama seperti dirinya,
dipangilnya ikan paten dan ulin
belang untuk menjilat penyakitnya,
maka sembuhlah Dayang Putung dan berubah
menjadi nama Junjung Buih.
Prabu Jaya mendatangi kediaman
Ranga Sentap yang
bernama Siak Bahulun raja Ulu Air
untuk mempersunting
Junjung Buih dengan beberapa
syarat antara lain; Kalung emas,
Perahu panjang tujuh depak
laki-laki perempuan.
Gamelan dan beberapa gong. Hasil
dari perkawinannya
melahirkan anak keturunan yang
bernama ;
1. Pangeran Prabu yang bergelar
raja Baparung di daerah Sukadana
2. Gusti Lekar diangkat
dikerajaan Meliau
3. Pangeran Mancar menjadi raja
pada kerajaan Tayan
Dari cerita rakyat yang
berkembang, bahwa keturunan
Prabu Jaya dan Putri Junjung Buih tidak akan
memakan
ikan paten dan ikan ulin belang, karena ikat
tersebutlah
yang membantu kesembuhan penyakit
nenek moyang mereka.
(Dalam Ibrahim Baidjuri Sejarah
singkat kerajaan Tanjungpura 2006)
Versi lain yang berkembang
ditengah-tengah
masyarakat juga dapat dijumpai
dan menjadi kepercayaan
masyarakat pendukungnya. Dalam sejarah
nasional pada
tahun 1275 raja kerajaan Singosari adalah
Kerta
Negara putra dari Wisnu Wardani
ingin menyatukan nusantara
di dalam satu Negara pada saat
itu Kerta Negara menjalankan
ekspedisi hampir seluruh nusantara. Sementara
di Kalimantan
ekspedisi dijalankan oleh Putra
Jaya, dalam hikayat Melayu
Putra Jaya setelah menjadi raja berganti nama
Prabu Jaya
kerajaan berdiri Th 1275 M dimana ekspedisi
Pamalayu-nya
Kerta Negara mulai dilakukan
karena Singosari ditaklukan
oleh Kediri, maka hubungan dengan kerajaan
induknya terputus.
Matan berdiri sendiri sebagai kerajaan
merdeka.
Kerajaan ini menguasai hampir
seluruh Kalimantan,
kecuali Kalimantan Utara (Brunai)
dan Kutai.
Ibukota kerajaan berada di Benua
Lama.
Dari cerita rakyat bahwa kerajaan
ini diserang oleh
kerajaan Majapahit pada jaman Gajah Mada,
juga ada yang mengatakan bahwa
diserang baiak
laut dari Cina yang menguasai kerajaan
Sriwijaya
setelah Sriwijaya kalah dari Majapahit.
(Dardi D.Haz dalam sejarah
ringkas kerajaan Tanjungpura)
Menurut Ibrahim Baidjuri. Prabu
Jaya mengungsi kedaerah
yang sekarang menjadi
desaTanjungpura
dan semua harta kekayaan kerajaan
disembunyikan
kedaerah Dusun Segedong. Dari beberapa versi
cerita yang berkembang ditengah
masyarakat
bahwa masyarakat masih menyakini
legenda
Putri Junjung Buih dengan Prabu Jaya adalah
nenek moyang mereka dan melahirkan keturunan
di kerajaan Tanjungpura.
Hal ini masih dapat dijumpai
sampai saat
ini baik yang menyakut tradisi
lisan
rakyat maupun peninggalan yang masih ada
.berupa kepercayaan masyarakat
baik yang
bersifat tangibel maupun intangibel yang
berkaitan dengan legenda masyarakat yang masih
melekat
dan masih tetap dijalankan
melalui upacara tradisi adat antara lain;
A. Intangibel
1. Upacara bayar niat. Upacara
ini dilakukan di tempat-tempat yang diangap keramat seperti keraton Mulia
Kerta, makam keramat Tujuh, keramat Sembilan. Maksud dari upacara ini adalah
untuk keselamatan bagi diri sendiri maupun keluarga dengan bernazar sebelumnya,
jika niatnya terkabulkan maka ia dengan segera menunaikan niat tersebut
2. Upacara Bekalu” adalah sebuah
upacara yang dilakukan secara gotong royong pada saat memasang Belat (sejenis
keramba besar yang terbuat dari bambu dan diayam menggunakan lembiding (akar
paku pakis) berfungsi memperangkap ikan bukan menampung dan dipasang di laut)
3. Upacara Nyapat Taon, adalah
upacara untuk mengantar sesaji kelaut yang berupa hasil bumi dengan maksud
mengucapkan terima kasih kepada penguasa dilaut.
4. Upacara Bekasah, upacara ini
dilakukan jika pada suatu daerah terjadi bencana, paceklik dan merasa terancam
dengan memohon keselamatan.
5. Upacara Bebuang penyakit,
upacara ini dilakukan jika dari keluarga ada yang sakit dengan melalui media
telur sebagai sebuah symbol di hayutkan ke dalam air
6. Upacara Bebuang tali pusar,
upacara dilakukan jika bayi sudah tanggal tali pusar, bisa disimpan di bawah
rumah, di bawah musollah, di bawah pohon maupun di dalam air dengan
menghayutkan memakai Upeh (pelepah pinang)
7. Upacara Keselamatan Ikrar
Damai, uoacara ini dimaksudkan adalah untuk keselamatan seluruh warga untuk
menghindari pertikaian antar suku
8. Upacara Tempat Sirih, upacara
dilakukan jika terjadi selisih paham antara satu sama lainnya.
B. Tangibel
1. Peninggalan koleksi kuno yang
berusia ratusan tahun di keratin Mulia Kerta terdiri dari barang-barang dan
kain-kain dari usia 40 Th sampai ratusan Tahun
2. Makam keramat Tujuh 1363 atau
1437 M (abad 15)
3. Makam keramat Sembilan 1354
atau 1432 M (abad 15)
4. Makam Iranata (Benua Lama)
5. Candi Kuno
6. Keramik-keramik peninggalan
dinasti Cina
Kepercayaan masyarakat masih
tetap dilestarikan sampai pada saat ini tetap di laksanakan dan didukung oleh
pemerintah daerah Kabupaten Ketapang, dalam rangka melestarikan dan tetap
melaksanakan kegiatan upacara tersebut sebagai sebuah peninggalan budaya, juga
berupaya mencari atau menyelusuri keberadaan kerajaan –kerajaan yang pernah
jaya pada masanya. Khasanah budaya masyarakat Ketapang diharapkan akan mampu
menghidupkan semangat masyarakat Ketapang untuk tampil di segala bidang, dan
tetap menjunjung tinggi kebesaran nama Tanjungpura.
Berbagai legenda yang kini masih
tetap berkembang dan masih terus diselusuri ialah keberadaan Tanjungpura
sendiri dari berbagai versi ada yang mengatakan di mulai dari pelabuhan Kandang
Kerbau, Matan, Sukadana, Benua lama. Daerah Benua lama yang kini menjadi pusat
perhatian diperkirakan salah satu tempat peradaban Hindu kuno karena banyak
ditemukan reruntuhan batu bata andesit, keramik, guci-guci dan nisan yang
muncul dipermukaan laut pantai.
Tentunya perlu diselusuri
keberadaan kerajaan Tanjungpura sehingga dapat menjadi sebuah khasana kekayaan
bangsa dan dapat dilestarikan menjadi sebuah sejarah yang tidak hanya dikenal
di daerah bahkan akan bisa dikenal dimanca Negara.
• Kisah Awal Kerajaan Tanjungpura
1. Prabu Jaya bergelar Raja
Baparung 1275 M
2. Karang Tunjung 1431 – 1501
3. Gala Herang
4. Bandala 1502
5. Sembiring Mambal 1538 – 1550
6. Giri Kusuma 1550
• Giri Kusuma kawin dengan Ratu
Mas Jaitan mendapatkan anak
1. Pangeran Iranata
2. Ratu Suria Kusuma
3. Raden Lekar
Pada masa Giri Kusuma berkuasa
datanglah seorang bangsawan raja Tengah yang bergelar Sultan Ibrahim Ali Omar
Syah dari kerajaan Sarawak (1599 M) keturunan raja Brunai Darussalam anak
Sultan Muhammad Hasan (1582-1598). raja Tengah dikawinkan oleh Giri Kusuma
dengan adiknya yang bernama Ratu Suria Kusuma hasil dari perkawinan tersebut
menurunkan juriat antara lain ;
1. Raden Sulaiman menjadi raja di
kerajaan Sambas dan berganti nama dengan nama Sultan Muhammad Tsyafiudin I
2. Raden Badarudin (Pangeran
Mangku Negara)
3. Raden Abdul Wahab (Pangeran
Bendahara Sri Maharaja)
4. Raden.Rasmi Puri
5. Raden.Ratnawati
Komentar
Posting Komentar